Budong-Budong –
Dalam rangkaian kegiatan penarikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu
Poltekkes Kemenkes Mamuju yang berlangsung di Aula Kecamatan
Budong-Budong (25/04/2019), Direktur Poltekkes Kemenkes Mamuju, H. Andi
Salim, SKM., M.Kes berbagi ilmu tentang stunting dihadapan para peserta.
Hal ini sejalan dengan tema yang diangkat dalam PKL Terpadu kali ini
yaitu “Pencegahan dan Penanggulangan Stunting dengan Pendekatan
Keluarga”.
Menurut Direktur begitu pentingnya masalah stunting ini untuk
ditanggulangi, maka dalam debat Cawapres, tema stunting menjadi salah satu
masalah yang diangkat. Stunting adalah masalah kurang gizi, yang jika diukur
tinggi badan dan umur tidak seimbang. Jika digambarkan, ada 10 orang anak
balita berjejer, maka ada 1 atau 2 orang diantara meraka yang paling pendek,
itulah yang masuk kategori stunting.
Secara khusus masalah stunting adalah masalah gizi yang kronis atau
cukup lama sehingga melahirkan anak yang sangat pendek dan secara kognitif
sangat rendah. Jadi kalau dikelas nilainya biasanya di bawah rata-rata.
Penyebab stunting adalah kurang gizi. Mulai dalam kandungan
kemudian lahir sampai umur di bawah 5 tahun. Cara pencegahannya kita harus
memutus mata rantai terjadinya stunting, maka dari itu dimana-mana petugas
kesehatan melakukan penyuluhan tentang stunting. Upaya pencegahan dimulai dari
persiapan hamil atau persiapan perkawinan.
Angka perkawinan usia muda di Sulawesi Barat sangat tinggi, jadi
ini kemungkina ada korelasi dengan angka stunting yang cukup tinggi.
Putra-putri kita harus disiapkan sejak remaja untuk memasuki usia perkawinan.
Secara fisik dan mental sudah siap menikah.
Anak putri kita jika ingin menikah harus memperbaiki kesehatan dan
gizinya, jangan kurang gizi menikah maka akan melahirkan bayi kurang gizi. Demikian
halnya dengan calon bapak, harus siap terutama memberikan nafkah untuk
keluarganya kelak.
Alumni gizi Universitas Hasanuddin ini menuturkan bahwa untuk
penanggulangan stunting dikenal istilah 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan),
dimulai dalam kandungan selama 9 bulan sampai umur 2 tahun. Pada intinya adalah
perbaikan gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan gizi yang baik akan bertambah berat
badan antara 10 – 12 kg, jika kurang dari itu kemungkinan melahirkan anak yang
kurang gizi.
Untuk tingkat keluarga, prioritas utama untuk gizi keluarga adalah
Ibu hamil. Jangan diberikan beban pekerjaan yang berlebihan kepada ibu hamil
sehingga peran suami sangat dibutuhkan. Pada saat anak lahir, pada umur 0 – 6
Bulan tidak ada makanan yang terbaik selain ASI, disini kembali diharapkan
peran suami.
Dalam memasuki usia 7 Bulan, sudah mulai diberikan MP-ASI karena
pada saat itu anak tidak cukup lagi hanya dengan ASI saja. Selanjutnya sampai
umur 2 tahun jika terpenuhi gizinya dengan baik, maka Insya Allah generasi
stunting tidak akan terjadi lagi.
Menurutnya jika kita membaca sejarah, orang jepang sebelum perang
dunia kedua memiliki postur tubuh yang pendek. Karena perbaikan ekonomi,
perbaikan gizi dan kesehatan maka sekarang para pemain bola Jepang memili
postur tubuh yang tinggi. Jadi tidak benar anggapan bahwa jika orang tua pendek
maka akan melahirkan anak juga akan pendek. Jika gizi baik, mulai dalam
kandungan sampai umur 5 tahun, Insya Allah anaknya akan lebih tinggi dibanding
orang tuanya. Selanjutnya perbaikan kualitas ibu hamil, Ibu hamil harus rutin
memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan.
Terakhir beliau menambahkan bahwa hal yang penting dilakukan adalah
memantau pertumbuhan, jika dalam jangka waktu 2 bulan, bayi tidak naik
pertumbuhannya maka seharusnya dikonsultasikan kepada petugas kesehatan.
Terpenting adalah perbaikan ekonomi, karena di daerah miskin, walaupun petugas
kesehatan setiap hari melakukan penyuluhan tentang perbaikan gizi ibu hamil dan
balita tetapi sumber zat gizi yang susah, maka menanggulangi stunting tetap
susah.
Saya yakin dengan daerah Mamuju Tengah ini, dari tingkat ekonomi
sudah cukup bagus. Mudah-mudahan ke depan angka stunting di Mamuju Tengah ini
bisa mencapai angka di bawah 20%. Saya kira untuk mencapai ini bukanlah hal
yang mustahil karena potensi ekonomi di Mamuju Tengah cukup menjanjikan
pungkasnya (Laporan: Ashriady).